Desa Jambearum merupakan salah satu desa di Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Desa Jambearum terdiri atas 4 (empat) dusun yang masing-masing memiliki kepala dusun/kamituwo, 6 (enam) Rukun Warga, dan 29 Rukun Tetangga, yaitu:
1. Dusun Jambi Kidul berada di wilayah RW.01 yang terdiri atas 6 (enam) Rukun Tetangga
2. Dusun Jambi Lor berada di wilayah RW.02 yang terdiri atas 4 (empat) Rukun Tetangga dan RW.03 yang terdiri atas 5 (lima) Rukun Tetangga
3. Dusun Gondoarum berada di wilayah RW.04 yang terdiri atas 6 (enam) Rukun Tetangga
4. Dusun Bulak berada di wilayah RW.05 yang terdiri atas 3 (tiga) Rukun Tetangga dan RW.06 yang terdiri atas 5 (lima) Rukun Tetangga
Desa ini dilintasi Jalan Soekarno-Hatta yang merupakan Jalan Pantura.
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukolilan dan Desa Purwosari
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kota kendal dan Desa Purwokerto
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tambakrejo
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Purwosari dan Desa Kebonharjo
Warga desa Jambearum memiliki beragam profesi antara lain petani, buruh pabrik, TKI, wirausahawan, dan PNS. Komoditas pertanian utama desa Jambearum adalah padi dengan masih banyaknya lahan persawahan di daerah Jambearum.
Letak Desa Jambearum yang sangat strategis mendorong berdirinya fasilitas-fasilitas umum di desa Jambearum. Fasilitas umum ini meliputi klinik kesehatan, apotek, sekolah, pondok pesantren, agrowisata, dll.
Diceritakan bahwa Den Bagus Menot atau Joko Menot putera Tumenggung Mertowijoyo. Namun tidak jelas Mertowijoyo yang mana. Namun kalau dilihat dari cerita yang beredar di Kendal bahwa ia adalah putera adipati tetapi akhir hayatnya mukso tanpa nama. Bisa jadi ia adalah putera Adipati Mertowijoyo I. Sebab, ketika Mertowijoyo I meninggal dunia, jabatan bupati diwakili oleh patihnya sendiri.
Seperti diceritakan oleh juru kunci makam Bagus Menot, Pak Puji (50), serta para orang tua yang suka dengan cerita tempo dulu, bahwa Bagus Menot adalah putera seorang adipati. Ketika ayahnya kembali dari berperang (geger Pakunegaran) ia dalam keadaan terluka parah karena terkena sabetan senjata. Sedangkan isterinya dalam keadaan hamil. Sebelum Mertowijoyo meninggal dunia, ia berpesan kepada semua kerabat bahwa kelak yang menggantikan dirinya menjadi bupati Kendal adalah putera yang masih dalam kandungan. Bila ia nanti lahir laki-laki, harap diberi nama Jaka Aminoto. Dan apabila menduduki kursi bupati namanya Adipati Aminoto. Begitu pesan ayahandanya, Mertowijoyo. Ada tuturan lagi, selain bernama Aminoto juga punya nama lain yaitu Raden Sutejo.
Kelahiran bayi Aminoto bersamaan dengan kematian sang ibu. Maka bayi Aminoto dirawat oleh keluarga. Ketika mencapai usia dewasa, kira-kira 17 tahun, malapetaka menimpa dirinya. Orang yang menduduki jabatan bupati warisan dari ayahnya merasa resah karena pewaris yang asli sudah tumbuh dewasa. Maka tidak ada jalan yang terbaik kecuali harus menyingkirkan sang pewaris dengan cara apapun.
Usaha Pembunuhan pun beberapa kali dilakukan. Bahkan menurut cerita itu, Jaka Menot pernah dilarung ke laut, namun masih bisa selamat. Dan ketika ada usaha untuk meracuni melalui pelayan kerabat, Jaka Menot juga selamat. Maka tidak ada jalan lain kecuali harus dibunuh, tetapi ada yang menyarankan cara itu memang kurang baik. Maka cara yang terbaik Jaka Menot diusir dari kadipaten. Setelah meninggalkan kadipaten, maka diatur supaya ada punggawa mengejarnya dengan maksud untuk membunuh Jaka Menot. Ada tuturan lagi, bahwa baik orang-orang kabupaten ataupun Belanda, merasa takut dengan kemampuan spiritual Bagus Aminoto. Diterangkan, kemampuan seorang remaja yang baru berusia belasan tahun sudah diketahui biasa bermain-main batu dan rumput. Konon batu-batu itu dibuat semacam tasbih dengan cara ditusuk dengan rumput dan ternyata bisa tembus.
Jaka Menot lari ke arah barat dan ternyata banyak juga orang merasa iba, karena para punggawa kadipaten terus mengejarnya untuk membunuh. Kemudian ia ditolong oleh seorang tua. Namun pengejaran terus dilakukan, dan orang tua yang diketahui menolong Jaka Menot, dibunuh. Kepalanya terpisah dari badannya, dan kakinya juga dipotong. Hanya tinggal badan (gembung). Di kemudian hari nama tempat membunuh orang tua itu terkenal dengan nama Bugangin. Jaka Menot terus berlari mencari selamat. Karena merasa capek, ia beristirahat di sebuah pohon pinang (jambe). Ia terus dikejar oleh punggawa kadipaten. Setelah melihat para punggawa terus mengejar, Jaka Menot terus lari. Ketika para punggawa sampai di bawah pohon jambe itu, tercium bahwa ada bau harum pada pohon jambe. Maka tempat itu dinamakan Jambearum. Tempat ini kemudian menjadi nama tempat desa Jambearum.
Sumber : Sejarah Kendal dalam Portal Resmi Kabupaten Kendal
Adapun jabatan Kepala Desa Jambearum dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
Demikian sejarah desa Jambearum yang dapat ditulis secara ringkas dan semoga dapat menjadi pengingat warga desa Jambearum.
TERWUJUDNYA DESA JAMBEARUM YANG MAJU, BERSIH, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN
Foto | Nama | Jabatan |
---|---|---|
LUKMAN ISNAENI, S.E | Kepala Desa | |
ATIK SETYOWATI, S.Pd | Sekretaris Desa | |
BUDI SANTOSA, S.E | Kaur Perencanaan | |
AKHMAD ASFIYAK | Kaur Keuangan | |
AHMAD IRWANTO | Kaur Tata Usaha dan Umum | |
SOBIRIN | Kasi Pelayanan | |
MUHAMMAD KRIDAANTO | Kasi Pemerintahan | |
MAHWAD | Kasi Kesejahteraan | |
SUGIYANTO MAS’UD | Kepala Dusun Jambi Kidul | |
SUHARNO | Kepala Dusun Jambi Lor | |
SLAMET NURFUADI | Kepala Dusun Gondoarum | |
RIYANTO | Kepala Dusun Bulak |