Desa Trimulyo merupakan satu dari 18 desa di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah, dengan wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa Kebumen, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kali Pakis, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukorejo dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Pesaren, Desa Mulyosari serta Desa Tamping Winarno. Luas wilayah Desa Trimulyo mencapai 2,69 Km2 atau 3,53% luas wilayah Kecamatan Sukorejo, yang sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian (tanah sawah, tanah tegalan & hutan ) yaitu mencapai 83,02 % dan sisanya 16,98 % digunakan untuk pekarangan ( lahan untuk bangunan dan halaman sekitar ), dan lain-lain.
#LUAS DAERAH WILAYAH (268.524 ha)
Luas Tanah Sawah : 164.000 ha
Luas Tanah Kering : 81.520 ha
Luas Areal Perkebunan : 23.004 ha
#Dukuh / Dusun : 7
1. Dusun Temon
2. Dusun Margosono
3. Dusun Kiringan
4. Dusun Mranggen
5. Dusun Ngloyo
6. Dusun Getas Dhuwur
7. Dusun Getas Ngisor
*terdapat 7 Rukun Warga dan 26 Rukun Tetangga
SEJARAH DESA TRIMULYO
Desa Trimulyo pada saat ini memiliki tujuh Dukuh yaitu Margosono, Temon, Mranggen, Getas Ngisor, Getas Dhuwur, Kiringan, dan Ngloyo. Ketujuh Dukuh ini memiliki asal-usulnya masing-masing, di mana penamaan Dukuh ini konon di mulai sejak masa Perang Jawa (1825-1830) ataupun jauh sebelumnya.
1. Dukuh Margosono
Dukuh ini diberi nama sesuai dengan pendirinya. Awalnya di bubak (Jawa: di buka sebuah lahan baru) oleh dua orang pemimpin yang bernama Margo dan Sono, asal usul mereka juga tidak diketahui pasti. Daerah ini konon di masa Perang Jawa sempat dilalui pasukan Pangeran Diponegoro yang hendak berperang menuju Desa Genting Gunung.
2. Dukuh Temon
Dukuh ini diberi nama sesuai dengan nama kondisi yang terjadi. Kondisi itu adalah adanya pertemuan segerombolan pasukan Pangeran Diponegoro dari segala penjuru wilayah Kendal, khususnya pasukan dari Dukuh Beteng (Desa Tampingwinarno) yang dipercaya sebagai tempat pertahanan (benteng) dalam Perang Jawa. Pasukan tersebut berjalan bersama-sama menuju Desa Genting Gunung.
3. Dukuh Mranggen
Dukuh ini diberi nama sama seperti pendirinya yaitu Kyai Mranggi. Asal-usul Kyai Mranggi tidak diketahui secara pasti, warga sekitar hanya mengingat adanya Kijing kecil (Jawa: Patok Makam) yang berada di tengah kebun cengkih yang dikenal warga setempat sebagai Kebun Kemranggi. Kijing kecil ini dipercaya sebagai makam Kyai Mranggi, namun sayangnya di tahun 1990-an oleh pemilik kebun cengkih yang baru kijing ini dibongkar.
4. Dukuh Getas Ngisor
Dukuh ini diberi nama sesuai dengan letaknya di bagian bawah arah keluar Desa Trimulyo. Nama Getas sendiri juga tidak diketahui secara pasti. Konon menurut ceritanya Dukuh Getas ini dulu menjadi satu bernama Getas Gonteng. Nama ini berasal dari orang yang mbubak (Jawa: membuka lahan baru) yang bernama Mbah Wali Gonteng. Beliau memiliki nama asli Ahmad Syakur yang berasal dari Tuban, Jawa Timur, diduga berperan sebagai penyebar agama Islam di daerah ini.
5. Dukuh Getas Dhuwur
Dukuh ini sama dengan Dukuh Getas Ngisor diberi nama sesuai dengan letaknya yang lebih tinggi dari dukuh lain di Desa Trimulyo. Di Dukuh ini terdapat pemakaman umum yang masih terawat, di mana Mbah Wali Gonteng dipercaya warga dimakamkan di situ.
6. Dukuh Kiringan
Dukuh ini diberi nama sesuai dengan pemimpin daerah tersebut bernama Kyai Kiring. Kiring sendiri berasal dari istilah Jawa yaitu gawa karing yang berarti suka memanaskan badan. Beliau konon suka berjalan-jalan ditengah terik matahari dan tidak pernah bekerja. Makam beliau berada di daerah Pageruyung, Kendal.
7. Dukuh Ngloyo
Nama Dukuh ini berasal dari kondisi yang terjadi di daerah tersebut. Ketika pasukan Pangeran Diponegoro datang ke Sukorejo untuk mengadakan perlawanan dengan pasukan Kolonial Belanda, mereka dalam kondisi yang sangat loyo (Jawa: lelah) akibat perjalanan jauh dari wilayah Kedu. Akhirnya mereka beristirahat sejenak di Dukuh ini.
Setelah Perang Jawa ini berakhir, pada masa pemerintah Kolonial Belanda Desa Trimulyo dibagi ke dalam tiga Kelurahan yang terpisah yaitu Margosono, Kiringan, dan Getas. Kelurahan Margosono merupakan gabungan dari dua Dukuh yaitu Mranggen dan Margosono, Kelurahan Kiringan merupakan gabungan dari tiga Dukuh yaitu Temon, Kiringan, dan Ngloyo, dan Kelurahan Getas yang berasal dari dua Dukuh yaitu Getas Ngisor dan Getas Dhuwur. Tujuan pemisahan ini untuk mempermudah administrasi pihak Kolonial Belanda hingga sebelum kedatangan Jepang.
Di masa Jepang ketiga Kelurahan tersebut dijadikan satu dan diberi nama Trimulyo, berasal dari bahasa Jawa Tri yang artinya tiga dan Mulyo yang artinya mulia, jadi dimaksudkan tiga kemuliaan. Konon harapan Jepang sebagai bentuk penyederhanaan administrasi dan bagi warga Desa Trimulyo berharap tiga kelurahan yang dijadikan satu tersebut mendapatkan kemuliaan berupa kesejahteraan dan kebahagiaan bagi warganya. Nama Trimulyo ini dipertahankan sampai sekarang. Apalagi setelah masa Revolusi Kemerdekaan Desa Trimulyo dipecah kembali untuk memudahkan administrasi kependudukan menjadi tujuh Dukuh sama seperti saat ini.
Berikut ini daftar lurah-lurah yang pernah menjabat di Desa Trimulyo:
1. Kertosamiso (... – 1944, ± sudah 25 tahun menjabat) bertempat tinggal di Dukuh Getas Dhuwur
2. Haji Irvan (1944 – 1947) bertempat tinggal di Dukuh Temon
3. Somopawiro (1948 – 1963) bertempat tinggal di Dukuh Kiringan
4. Busro (1963 – 1988) bertempat tinggal di Dukuh Margosono
5. Mahyum (1988 – 2002) bertempat tinggal di Dukuh Ngloyo
6. Yanti (2002 – 2007) bertempat tinggal di Dukuh Getas Dhuwur
7. Wahyu Hidayat (2007 – 2013) bertempat tinggal di Dukuh Getas Dhuwur
Foto | Nama | Jabatan |
---|---|---|
NASIKIN | KEPALA DESA |