SEJARAH DESA PAGERUYUNG
Wilayah Desa Pageruyung, adalah wilayah yang secara geologis dilewati Patahan Kendal Sub Basin berupa jurang terjal dengan ketinggian bervariasi, yang membentang dari Pantai Utara Jawa keselatan melalui beberapa wilayah di kendal dan temanggung.
Hal ini dapat kita lihat dengan terbentuknya beberapa air terjun di wilayah Kendal, salah satunya Curug Lanang dan Curug Sabit yang ada di wilayah Desa Pageruyung.
Kemungkinan besar ketika jaman pra-sejarah Wilayah Desa Pageruyung masih berupa hutan belantara yang dihuni beraneka macam satwa liar baik yang karnifora maupun herbifora. Sampai saat ini tidak ditemukan sisa-sisa peradaban manusia purba maupun pra-sejarah di Wilayah Pageruyung.
Secara teritorial wilayah Desa Pageruyung, pada masa awal Hindu-Budha merupakan Wilayah Kerajaan Medhang walau tidak ditemukan jejak arkeologis di Wilayah Desa Pageruyung yang merujuk pada keberadaan pemukiman atau komunitas masyarakat yang pernah menempati wilayah ini.
Ketika Jaman Majapahit wilayah Desa Pageruyung termasuk dalam wilayah ujung barat yang termasuk dalam wilayah Kadipaten Demak berbatasan dengan Wilayah Kerajaan Sunda Galuh. Tidak juga ditemukan sisa arkeologis bekas peradaban maupun pemukiman yang merujuk pada keberadaan permukiman yang terkait dengan Jaman Majapahit.
Ketika Majapahit Runtuh pada tahun 1527 dan Berdiri Kesultanan Demak maka wilayah Desa Pageruyung menjadi bagian dari Kesultanan Demak. Namun sampai saat ini belum juga ditemukan sisa arkeologis yang dapat membuktikan keberadaan permukiman maupun komunitas masyarakat yang merujuk pada masa berdirinya Kesultanan Demak.
Kesultanan Mataram (Masa Sultan Agung)
Ketika Kesultanan Demak sudah bergeser dan berubah menjadi Kesultanan Mataram, di daerah Kendal mulai muncul permukiman yang di dirikan oleh Tumenggung Bahurekso, kemungkinan pemukiman itu meluas hingga Wilayah Desa Pageruyung. Bila dilihat dari Peta Kerajaan Mataram diatas, maka dapat dilihat garis merah yang memperlihatkan alur perjalanan Pasukan Sultan Agung dalam Ekspansi menyerang Batavia, yang memungkinkan diantara ribuan pasukan yang dibawa Sultan Agung juga mulai mendirikan permukiman di wilayah-wilayah penyangga Kadipaten Kendal.
Kemungkinan terbesar mulai berdirinya komunitas masyarakat di Wilayah Desa Pageruyung adalah setelah dibangunnya Jalan Raya Pos pada tahun 1808 oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Herman Willem Daendels . Wilayah Weleri merupakan salah satu Kota yang dilalui oleh Jalan Pos tersebut.
Pembukaan Wilayah Desa Pageruyung menurut cerita leluhur dimulai tahun 1860–an dengan dimulainya babat alas oleh seorang tokoh yang bernama Mbah Gandem bersama istrinya (dimakamkan di Pesarean Dukuh Montong). Tokoh kedua adalah Mbah Mangi dan istri (dimakamkan di Pesarean Gogo Gunung Jambon), sedangkan tokoh ketiga adalah Mbah Kiring (dimakam di Pesarean Cikalan Dukuh Ngasem).
Sebagaimana kebanyakan orang jawa pada masa itu ketiga tokoh tersebut adalah tokoh yang mempunyai kesaktian dan daya linuwih dalam olah kanuragan (batin). Beliau–beliau berani masuk ke Wilayah Desa Pageruyung yang terkenal sangat angker (wingit) , Mbah Kiring yang merupakan tokoh ketiga dari beliau–beliau tersebut adalah tokoh yang paling berperan dalam Pembentukan Desa Pageruyung , karena beliau yang menanam Pohon Ruyung (jawa:aren red.) disekitar wilayah Desa Pageruyung sebagai Pager (jawa:Pagar red.) dari gempuran–gempuran atau serangan serangan dari Kolonial Belanda sehingga mengakibatkan amannya wilayah tersebut dari serangan–serangan kolonial Belanda dan beliau memberi nama Desa ini adalah Desa Pageruyung sebagai kata Pagar dan Ruyung. Dari ketiga tokoh tersebut telah berkembang mulai dari anak dan cucu yang hingga saat ini tinggal di wilayah Desa Pageruyung.
Sebelum Kemerdekaan pemerintah Desa Pageruyung konon kabarnya dimulai sejak tahun 1920 yang saat itu masih menjadi 2 (dua) kelurahan yaitu Kelurahan Gruyung (yang terdiri dari Dukuh Ngasem , Jambon dan Gruyung) yang dipimpin oleh Mbah Wongso Wadi dan Kelurahan Cepit yang dipimpin oleh Mbah Wongso Giman. Dan pada tahun 1930 kedua Kelurahan tersebut berubah nama menjadi satu yaitu kelurahan Pageruyung yang saat itu dipimpin oleh Mbah Wongso Wadi.
Pada tahun 1935 Mbah Karto mengantikan kedudukan sebagai Lurah Desa Pageruyung dan beliau menjabat selama kurang lebih 5 tahun sampai tahun 1940, dan digantikan oleh Partoratemin sampai tahun 1942 yang menjabat selama 3 tahun .
Setelah Kemerdekaan Pemerintah Desa Pageruyung telah melaksanakan Pemilihan Kepala Desa. Pemilihan yang pertama dilaksanakan secara demokratis yaitu pada tahun 1945 dan yang terpilih sebagai Kepala Desa Pertama setelah Kemerdekaan adalah Bapak Kasno, beliau menjabat sampai tahun 1952, kemudian berturut – turut adalah sebagai berikut:
“Hadir lebih dekat melayani masyarakat dengan cepat, tepat dan akurat serta menuju Desa Pageruyung yang bermartabat dan menjunjung tinggi norma dalam bermasyarakat “
Foto | Nama | Jabatan |
---|---|---|
DARYANTO | KEPALA DESA | |
GREGORIUS GALIH ARDHIPUTRA | SEKRETARIS DESA | |
KUSTANTO | KAUR TATA USAHA DAN UMUM | |
KASANATUN | KAUR KEUANGAN | |
AHMAD JUMIAT | KAUR PERENCANAAN | |
IMRON | KASI PELAYANAN DAN KESEJAHTERAAN | |
PURWATI | KEPALA DUSUN I | |
SOLEKHAN | KEPALA DUSUN II | |
SETIASIH | KASI PEMERINTAHAN | |
HENI SRI MURNI | STAFF DESA |