Desa Getas secara administratif termasuk dalam wilayah kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal. Luas wilayah desa Getas adalah 1.790,103 ha, dengan jarak 7 Km dari kantor kecamatan. Jarak Desa Getas dari kantor bupati kabupaten Kendal sekitar 45 Km. Waktu tempuh menuju pusat kota kecamatan sekitar 30 menit, sedangkangkan waktu tempuh menuju ibukota Kabupaten kira-kira 90 menit.
Secara administratif Desa Getas berada di wilayah Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Desa Getas merupakan salah satu dari 13 desa yang berada di wilayah Kecamatan Singorojo dan Luas wilayah desa Getas adalah 1.790,103 ha Desa Getas terdiri dari 10 Dusun dengan batas-bata desa sebagai berikut:
Desa Getas memiliki dusun sebanyak 10 yakni :
Sedangkan banyaknya wilayah administrasi adalah sebagai berikut :
- RW |
|
10 |
Buah |
|
|||
- RT |
|
43 |
Buah |
|
|||
- Desa : Swadaya |
- |
|
|||||
|
Swakarya |
Swakarya |
|
||||
|
Swasembada |
- |
|
Sejarah Desa Getas
Asal mula Desa Getas tidak dapat terjadi dalam kurun waktu yang sama. Desa Getas yang sekarang ini yang terdiri dari 10 ( sepuluh ) dusun asal mulanya dari beberapa dusun yang memiliki asal usul yang berbeda. Selanjutnya disini akan disampaikan asal mula dusun – dusun yang ada di desa Getas sehingga nantinya membentuk suatu Desa yang dinamakan Desa Getas.
Asal mula dusun seklotok berawal dari Ki Prono yang diutus gurunya dengan maksud untuk mengikuti “TAKIR” ( istilah Jawa ) yang diterbangkan oleh gurunya Takir tersebut merupakan petunjuk bagi Ki Prono untuk melaksanakan tugas untuk menyebar luaskan agama. Sehingga tempat Takir itu nantinya jauh berarti beliau harus menyebarkan agama disana. Ternyata benda tersebut jauh di suatu lembah yang sudah ada penghuninya namun masih ditempati oleh penduduk yang sedikit. Penduduk di sana ternyata belum beragama keanehan yang ada di dukuh tersebut penuh dengan malapetaka, dan untuk menghilangkan malapetaka tersebut Ki Prono menawarkan penduduk setempat untuk beragama, jadilah Ki Prono menyebar luaskan agama di sana. Melihat kondisi awal tempat tersebut yang penuh dengan malapetaka, Ki Prono akhirnya menamakan tempat tersebut dengan nama SEKLOTOK yang berasal dari kata “sengkolo” dan “Tok” ( Bahasa Jawa yang berarti penuh dengan sengkolo = Malapetaka ).
Dusun Mambang berawal dari penikahan Ki Pendowo dengan Nyi sekar Blimbing. Beliau hidup disuatu dukuh di tengah hutan yang sekarang bernama klito. Di sana beliau hidup dengan damai. Dalam perjalanan hidupnya, mereka didatangi oleh teman akrabnya yang bernama Ki Kaum. Selanjutnya oleh Ki Kaum mereka di ajak pindah ke suatu tempat. Ditempat tersebut mereka menyebarkan ilmu pertanian dan ilmu agama Islam. Oleh mereka tempat tersebut diberi nama “ kembangan” karena terlatak di atas sungai ringgin. Dalam perkembangan waktu dukuk kembangan akhirnya menjadi dukuh mambang. Ki Kaum tinggal disitu sampai meninggal dan dimakamkan di dukuh Mambang tersebut. Sedangkan Ki Pendowa dimakamkan di sebelah selatan dukuh Mambang.
Dusun Jolinggo berawal dari Ki Brojo yaang terkenal sebagai Trukoyoso Dujolinggo. Ki Brojo pernah mangadu keampuhannya dengan Ki Tekuk Panjalin dan didalam pertempuran itu beliau bukanya permusuhan akan tetapi untuk tukar pengalaman sebab beliau murid dari Ki Wiro Noto Petir Kaliereng Cening. Dalam pertempuran tersebut ada sayembaranya barang siapa yang menang adu kesaktian tersebut mendapat tugas untuk menyebarluaskan agama Hindu / kejawen ke utara dan yang kalah harus rela menunggu padepokan Wekas di Gondosuli daerah Sumbing. Ternyata yang menang adalah Ki Brojo dan selanjutnya beliau ke utara dan menyebarluaskan agama Hindu disana. Dalam perjalanannya beliau bertemu dengan Ki Merto dan berjalan ke arah selatan. Dari pertemuannya dengan Ki Merto tersebut akhirnya Ki Brojo memeluk agama Islam dan menyebarluaskan agama islam di jolinggo hingga wafat dan dimakamkan disana.
Kalau berbicara tentang Truko tidak akan terlepas dari Mbah Godek, mbah Pencilon, mbah Bende dan Nyi saketi yang makamnya di Desa Kedungsari. Mereka semua adalah seperguruan di Desa Nglajon di selatan Sumowono kabupaten Semarang. Mereka pergi bersama – sama dan sepakat untuk bermukim disuatu hutan yang cukup lama. Hutan dijadikannya sebuah perkampungan . lama kelamaan kampung tersebut menjadi ramai dan akhirnya mereka berpencar. Selanjutnya tempat tersebut oleh mbah Godek kampung tersebut diberi nama Truko yang berasal darii trukoyoso dan mbah Pengilon menjadi sesepuh di Truko hingga wafat dan dimakamkan disana.
Asal nama dusun Getas banyak sesepuh desa yang beda pendapat, yang jelas Nyai Jamiah yang bubak Truko Yoso desa Getas beliau berasal dari Tuk Bandung Sumbing dan beliau juga bergelar Nyi Singo Manjat yang khususnya gelar tersebut digunakan prajurit mataram yang memeluk agama islam dan khususnya lagi prajurit Diponegoro. Nyi Jamiah dan Kyai Garudo Kusumo yang dimakamkan di Desa Blimbing Boja itu merupakan teman dalam hal perdangan terutama padi, polowijo dan ternak. Separuh dari umurnya beliau berjuang di desa Getas sampai wafat dan di makamkan di sebelah selatan kampung / dukuh Getas tepatnya di tengah sawah Jaro. Dari beberapa sesepuh pendiri kampung bersepakat bahwa yang dijadikan induk kampung atau desa yaitu dusun Getas sampai sekarang ini.
Sejak ditetapkannya dusun Getas sebagai induk Desa Getas lama kelamaan Desa Getas berkembang menjadi desa yang besar dan penduduknya banyak yang bercocok tanam
( bertani ). Dalam perjalanan pemerintah Getas, sudah terjadi beberapa kali pergantian pempinan Kepala Desa, Yaitu sebagai berikut :
Bersama sama masyarakat membangun Desa
Mengoptimalkan kinerja dan memberikan kesejahteraan kepada seluruh komponen masyarakat mulai dari aparatur pemerintah desa,lembaga desa,tenaga pendidik dan keagamaan,ormas ,kelompok seni budaya sampai masyarakat dengan mendukung dan memfasilitasi segala kegiatannya yang positif.
Foto | Nama | Jabatan |
---|---|---|
BUDIYONO | KEPALA DESA |