SEJARAH KELURAHAN NGILIR
Sejarah singkat terbentuknya Kelurahan Ngilir berawal dari Cerita aliran sungai Kendal yang terbentuk ketika Wali Joko – Adik dari Prabu Brawijaya V pada masa Pemerintahan Majapahit berjalan dengan menarik tongkat dari hulu terletak di kedung Pengilon sampai muara di lokasi Bandengan Kendal sehingga terbentuk Sungai “Kali Kendal”
Dengan terbentuknya aliran sungai Kendal sehingga mengakibatkan lalu lintas perdagangan/niaga prau jukung laut bandengan ke Pelabuhan depan Masjid Kendal karena pada saat itu pasar terpusat di alun-alun Kendal. Dikarenakan hilir mudiknya prau jukung di bantaran sungai akhirnya tersebutlah nama “Ngilir /semilir atau dalam arti hilir mudik”
Dan di sepanjang Kali Kendal sering digunakan untuk menaik-turunkan muatan prau jukung sehingga di wilayah tersebut dinamakan “ Desa Pangandapan” yang menjadi cikal bakal Desa atau Kelurahan Ngilir pada saat ini.
Menurut cerita di daerah pangandapan atau ngilir saat itu terdapat sebuah "tunggul " atau kuburan yang secara pasti tidak diketahui tahun berapa makam ini mulai dipakai atau siapa pertama kali yang dimakamkan disitu. Menurut keterangan dari mulut ke mulut, orang yang pertama kali dimakamkan disitu bernama Giyanti, sampai padaa saat ini kegiatan Khaul di makam Mbah Giyanti rutin di adakan oleh masyarakat sekitar.
Pada waktu penjajahan Jepang saat itu ada semacam aturan, apabila suatu desa terdapat makam, nama desa yang bersangkutan harus berganti nama. Dan Pangandapan berganti dengan "Giyanti Rejo". Kemudian sekitar tahun 1965 nama "Giyanti Rejo di ubah lagi menjadi "Ngilir" sampai sekarang.
SUMBER : Sesepuh Desa Ngilir
PERIODE KEPEMIMPINAN KELURAHAN NGILIR