Setelah masa Temunggung Bahurekso pada tahun 1614-1628 dan jaman Adipati yang ke 16 yaitu Raden Tumenggung Prawirodiningrat ini berasal dari keturunan kraton Ngayojokarto setelah Mataram pecah menjadi 2 kerajaan. Dan kemudian diambil menantu oleh Raden Tumenggung Prawirodiningrat dan kemudian menggantikannya mertuanya.
Pada waktu itu Raden Tumenggung Prawirodinigrat II menjadi Adipati Kendal (1832-1850) beliau membawa 2 orang abdi dalem paman dan keponakannya yang merupakan cikal bakal terjadinya Desa Sijeruk. Paman ini bernama Wongsogati dan keponakannya bernama Kartorejo Wirogati, ini seorang ahli kerjaninan emas atau tukang membuat kemasan atau perhiasan Keraton, setelah mengikuti momongannya Raden Tumenggung Proboningrat ditangkap Belanda pada waktu itu. Kemudian pada waktu itu wirogati dan keponakannya menyingkir ke selatan sampai di Pedukuhan Meteseh dan ditolong oleh seorang saudagar lau di situ terjadi perampokan atas diri saudagar tersebut kemudian perampokan tersebut daspat berhasil ditaklukkan oleh Wirogati dan keponakannya, padahal perampok tersebut sangat ditakuti oleh masyarakat di daerah Kendal yang namanya KIPETEL karena senjatanya berupa PETEL yang rumah atau petilasannya berada di Sijeruk sebelah barat makam Grabag dukuh Seto. Setelah beberapa tahun kemudian Ki Wongosogati diangkat Kepala Desa di dukuh tersebut sehingga Desa Tese rakyatnya merasa aman tentram sampai wilayah yang berasa diujung paling selatan meskipun rakyatnya hanya mempunyai beras untuk hanya seberuk, beruk adalah tempurung kelapa yang paling besar untuk sekarang hanya berisi beras sekitar 2,5 kg dan masyarakat setempat apabila sudah mempunyai beras satu beruk merasa kenyang, tentram, inilah nama Sijeruk terjadi dari kata Seberuk.