Beredar cerita bahwa nama Desa Tlahab didahului dengan peristiwa sejarah saat terjadi perang antara pasukan Pangeran Diponegoro dengan tentara Belanda, salah seorang pengikut Pangeran Diponegoro yang juga merupakan salah satu ulama bernama KH. Abdul Wahab, berdiam atau bertempat tinggal di wilayah Desa Tlahab ini. Pasukan yang dipimpin oleh Kyai Abdul Wahab berhasil menghancurkan tentara Belanda yang menyerang garis pertahanan di wilayah ini.
Oleh karena itu wilayah ini adalah kekuasaannya KH.Abdul Wahab yang seorang penyebar agama Islam, selanjutnya dikenal sebagai wilayahnya atau dalam bahasa Jawa berarti “tlatah”nya KH. Abdul Wahab. Lama-kelamaan wilayah ini dikenal sebagai wilayah “Tlahab” yang diambil singkatannya dari kata “Tlatah”nya Mbah “Wahab”.
Namun tampaknya cerita ini belum dapat dipastikan kebenarannya karena sampai berita ini dimuat belum ditemukannya tulisan/manuskrip, prasasti atau semacamnya yang membenarkan cerita tersebut. Cerita tersebut meninggalkan pertanyaan besar “sebelum datangnya Kh Abdul Wahab kedesa, Lantas apa nama asli desa ini ?”.
Bukti lain yang bisa menyangkal cerita tersebut adalah adanya makam sepuh (tua) ditengah tengah persawahan yang dikenal oleh masyarakat sekitar yakni makam mbah mbarep, sementara tokoh ini diyakini oleh masyarakat Tlahab adalah sesepuh desa yang Bubak Deso (Buka Desa) pertama kali dan peristiwa tersebut jauh sebelum datangnya masa penjajahan.
Figur Dan Tokoh besar Kh Abdul Wahab
Kala itu beliau mempunyai peran penting yakni menyebarkan nilai nilai keislaman diwilayah ini, penuturan dari warga masyarakat bahwa konon saking tersohornya beliau, santri yang ikut mengaji berasal dari berbagai wilayah tetangga desa.
Tradisi “Bersih Desa”
Tradisi masyarakat desa Tlahab, tiap bertepatan dengan bulan muharram tiap tiap Rukun Tetangga menggelar acara khusus semacam Kenduri dan Doa bersama, yang biasanya dilakukan ditempat seperti perempatan jalan kampung atau halaman rumah yang luas. tradisi tersebut merupakan bentuk doa minta keselamatan kepada Tuhan karena bulan Muharram adalah Bulan Pertama dalam kalender Islam, dan kebetulan warga desa Tlahab seluruhnya muslim. Selain bulan pertama dalam keyakinan masyarakat muslim dibulan tersebut mempunyai banyak keutamaan yakni bulan tersebut memiliki hari Asyura. Hari Asyura merupakan hari yang sangat istimewa dan bersejarah dalam agama Islam, `Asyura berasal dari bahasa arab yang artinya hari ke sepuluh di bulan Muharram, dimana hari tersebut ada 10 Nabi Allah yang diangkat derajatnya oleh Allah melalui peristiwa yang terjadi.
Kerutinitasan dari acara warga desa lantas di inisiasi oleh Pemerintah desa beserta tokoh tokoh agama desa, dijadikannya acara yang lebih besar yang dikenal oleh warga yakni “Resik Desa”, acara ini sebagai ungkapan penghormatan dan terima kasih kepada Tokoh mbah mbarep yang telah membabat desa sekaligus mendoakan semua arwah yang semasa hidupnya telah berkontribusi kemajuan demi desa Tlahab. dari kearifan budaya lokal sebagai simbol bahwa masyarakat Tlahab adalah Orang yang pandai menghargai jasa orang lain dan tentunya akan dibalas Allah dengan nikmat dan karunia yang lebih besar. Sebaliknya, orang yang mudah melupakan jasa orang lain akan mudah dilupakan orang, bahkan dilupakan alam.