Jurangagung, Kec. Plantungan


          Konon, pada masa Kerajaan Surakarta dan Mataram, terjadi sebuah perselisihan antara dua prajurit dari masing-masing kerajaan. Seorang prajurit dari Keraton Surakarta bernama Gentong Lotong berselisih dengan prajurit dari Mataram yang bernama Rujak Beling. Perselisihan ini terjadi karena keduanya memperebutkan seorang gadis cantik. Pertarungan sengit pun tidak bisa dihindari. Dalam perkelahian itu, Gentong Lotong mengalami kekalahan dan terluka. Ia melarikan diri ke arah timur, sedangkan Rujak Beling yang memenangkan pertarungan melanjutkan perjalanan ke arah utara bersama sang gadis. Dalam perjalanan menuju utara, Rujak Beling dan sang gadis berhenti di suatu tempat yang udaranya terasa sangat sejuk. Karena suhu yang menyegarkan itu, mereka menamai tempat tersebut “Ngesrep,” yang berasal dari kata dalam bahasa Jawa “asrep” yang berarti sejuk atau dingin. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke utara hingga tiba di sebuah lokasi yang membuat mereka bingung menentukan arah perjalanan berikutnya.

         Ketika mereka melihat ke arah timur, tampak jurang yang sangat besar sehingga mereka terdiam dan ragu untuk melanjutkan. Karena perasaan ragu dan tercengang itulah, tempat tersebut dinamakan “Jurangmangu,” dari kata “mangu” yang dalam bahasa Jawa berarti ragu atau heran. Perjalanan keduanya berlanjut ke arah utara dan sampai pada suatu tempat yang sangat asri. Di tempat ini, tumbuhlah benih-benih asmara antara Rujak Beling dan sang gadis. Karena adanya getaran cinta itu, tempat tersebut kemudian dinamakan “Branti,” yang berasal dari kata “bronto” yang memiliki makna kasmaran atau jatuh cinta. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan ke utara dan di suatu titik mereka merasakan kebahagiaan sejati karena cinta yang tumbuh semakin dalam. Tempat ini lalu disebut “Seneng” yang berarti senang.

          Tempat-tempat tersebut menjadi suatu perkampungan dan akhirnya menjadi beberapa dusun. Awalnya, wilayah ini terbagi menjadi dua desa, yaitu Desa Ngesrep dan Desa Branti. Desa Branti membawahi wilayah Jurangmangu, Branti, dan Seneng. Namun, tidak ada yang tahu secara pasti kapan kedua desa ini disatukan. Setelah menyatu, wilayah tersebut diberi nama Desa Jurangagung. Nama itu diambil dari keberadaan jurang besar yang membentang di sebelah timur dan barat desa, sehingga “Jurangagung” dapat diartikan sebagai jurang yang agung atau besar.
Pada tahun 1964 Darmosipoel Kepala Desa sampai Tahun 1979

kemudian Desa Jurangagung terus berkembang dengan Kepala Desa:

Periode            (1979-1987 ) Masykuri dan Sugiri sebagai Sekdes

Periode            ( 1987-1998 ) Budiono dan  Sugiri sebagai Sekdes   

Periode            ( 1998-2002) budiono pj kades Abdul Azis sebagai  ymt sekdes

periode            ( 2002-2007 ) Aliri dan teguh kuncoro sebagai sekdes

Periode            ( 2008-2015  ) Tutur susanto dan teguh kuncoro sebagai sekdes

Periode            ( 2015-2016  ) Akhmad sodiikin sbg pj kades Teguh kuncoro sebagai sekdes

Periode            ( 2016-2021 )  suwarno sebagai kepala desa terpilih. dan molai th 2017 Ahmad Aenurofik sebagai sekdes.

Periode            ( 2021-sekarang) Khusni sebagai kepala desa terpilih. Ahmad Aenurofik sebagai sekdes sampai sekarang