Sejarah berdirinya desa Sumbersari, erat kaitannya dengan pemerintah Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah, serta berdirinya Negara Republik Indonesia ( NKRI ). Berdasarkan Undang – Undang dan peraturan pemerintah desa, Desa Sumbersari di bawah Pemerintahan Kabupaten Kendal.
Babad desa Sumbersari tidak lepas dari keberadaan Kerajaan Islam Demak dan Kerajaan islam Mataram yang sekarang menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta Hadiningrat yang dipimpin oleh Raja Kanjeng Dalem Sinuhun Sri Sultan Hamengkubuwono X yang merangkap menjadi Kepala Daerah.
Kaitannya Desa Sumbersari dengan Keraton Yogyakarta dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan prasasti berupa makam-makam para Ulama dan abdi dalem Keraton. Hutan lindung yang berada di wilayah Kecamatan Kaliwungu, tanah wakaf Masjid Agung Kaliwungu dan daerah-daerah lain di Kabupaten Kendal.
Babad cerita Desa Sumbersari bermula dari awal runtuhnya Kerajaan Islam Demak pada pertengahan abad XVI. Sehingga banyak Nayoko / Abdi Dalem yang meninggalkan Keraton diantaranya yang meninggalkan Keraton Demak adalah Pangeran Juminah dan putranya Pengeran Joyo Laksono pergi ke barat masuk wilayah Kadipaten Kendal.
Atas anjuran pangeran Juminah , Joyo Laksono bubak alas sebelah selatan Kabupaten Kendal. Sepeninggal Pangeran Juminah dan Joyo Laksono, Abdi Dalem Keraton Demak masih mencari-cari keberadaan beliau, pada akhirnya keberadaan beliau ditemukan. Daerah dimana Pangeran Juminah dan Joyo Laksono ditemukan diberi nama NGULARAN atau dalam bahasa Jawa sama dengan Ngulari yang artinya Mencari.
Antara utusan dari Keraton Demak dan Pangeran Joyo Laksono terjadi Perselisihan sehingga terjadi pertarungan dan utusan dari Keraton Demak Meninggal. Tempat di mana meninggalnya utusan Keraton Demak diberi nama Tegalpolo yang artinya tempat untuk membunuh.
Setelah Utusan dari Keraton Demak terbunuh, Desa Ngularan selalu diawasi. Joyo Leksono membuka daerah lagi di selatan Desa Ngularan, karena dalam mebuka daerah banyak pepalang atau rintangan, daerah itu diberi nama KARANG MALANG.
Utusan dari Demak datang lagi dengan Nayoko yang lebih banyak, Joyo Laksono lari ke utara , daerah pesisir, dan membuka daerah lagi yang diberi nama Wonorejo.
Sepeninggal Joyo laksono, Desa Ngularan diserahkan pada anaknnya Singo Laksono. Desa Karangmalang diserahkan pada Singo Sentiko. Singo Laksono diganti Singo Diwiryo, sedangkan Singo Sentiko diganti Santer. Singo Diwiryo diganti Karto Wijoyo, Sedangkan Santer diganti Kamituwo Harjo.
Pada masa kepemimpinan Karto Wijoyo dan Kamituwo Harjo, kedua desa digabung menjadi satu dan diberi nama DESA SUMBERSARI yang terdiri dari tiga Pedukuhan; Dukuh Ngularan, Dukuh Tegalpolo, dan Dukuh Karang Malang. Lurah pertama dari hasil pemilihan Kepala Desa Sumbersari adalah Mangun Taruno Wijoyo.
Seiring Perkembangan dan Peraturan Pemerintah tentang Pedesaan, Desa Sumbersari terbagi dalam 6 Dukuh / 6 RW ( Dukuh Tegal, Dukuh Balongan, Dukuh Tegalpolo, Dukuh Krajan, Dukuh Karang Malang Lor, dan Dukuh Karang Malang Kidul ); dan 30 RT sampai sekarang.