Sejarah Desa Kertosari
Asal mula Desa Kertosari tidak bisa terlepas dari Kerajaan Surakarta yang sekarang ada di Surakarta. Pada suatu ketika di wilayah yang sekarang bernama Desa Kertosari, kedatangan tiga orang putri dari Kraton Surakarta. Kedatangan tiga putri tersebut dalam rangka melihat sejauh mana perkembangan wilayah yang ada di utara Pulau Jawa. Ketiga putri tersebut datang di daerah dukuhan dan untuk sementara tinggal menetap di rumah Kyai Jogo Reso.
Selama tinggal dirumah Kyai Jogo Reso, mereka banyak mendapatkan petuah-petuah dan ilmu-ilmu agama islam. Pada suatu saat, kakak perempuan yang paling tua pergi ke arah dusun Brayo sekarang ini. Disana mereka berkumpul dengan orang-orang yang ada di disekitarnya. Pada saat berkumpul tersebut terjadi pembicraan yang panjang dan berlarut-larut. Sampai pada suatu saat, karena merasa jenuh mengajak orang-orang untuk bubar. (“dalam bahasa jawa diajak dengan ucapan “bubar yo”). Mendengar kata-kata tersebut, kakak perempuan tertua ini dengan serta merta memberikan nama daerah tersebut dengan sebutan Brayo (dari kata-kata bubar yo tadi).
Kakak perempuan tertua tersebut melanjutkan perjalanannya kearah Barat. Pada saat itu, meskipun sudah ada orang-orang berpenghuni diwilayah ini, namun wilayah tersebut masih berupa hutan belantara (alas jati). Ditempat tersebut beliau sulit untuk menemukan jalan keluar wilayah ini, dan terus berputar-putar hampir seharian. Akhirnya beliau dapat keluar dari wilayah tersebut dan kembali ke rumah Kyai Jogo Reso. Berawal dari kejadian tersbut, maka beliau berinisiatif untuk memberi nama tepat tersebut dengan sebutan Muteran (dalam bahasa jawa berarti berputar-putar terus).
Sekembalinya dari dusun Muteran tersebut, dirumah Kyai Jogo Reso, mendapati adik-adiknya pada jatuh sakit. Selang beberapa hari kakak tertua juga ikut sakit-sakitan. Dengan perawatan yang diberikan oleh Kyai Jogo Reso akhirnya ketiga putri tersebut dapat sembuh seperti sedia kala. Daro kejadian ini, tempat dimana Kyai Jogo Reso tinggal mereka beri nama ngadipiro (yang berarti berkali-kali jatuh sakit).
Waktu demi waktu berjalan dan mereka tinggal di desa Kertosari cukup lama, Wilayah Kertosari merupakan daerah yang selalu dilalui oleh orang orang dari arah Boja ke Kaliwungu ataupun sebaliknya. Pada suatu hari penduduk desa tersebut dikejutkan dengan adanya suatu kereta yang melintas dari arah Kaliwungu ke arah Boja. Kereta tersebut tidak seperti kereta kebanyakan yang mereka lihat. Pada kereta itu dari kudai sampai badan keretanya dihias dengan beraneka macam hiasan. Kereta seperti itu biasanya yang mengendarai adalah putra atau putri bangsawan yang ada di daerah tersebut. Penduduk sekitar sampai berdecak kagum, sampai akhirnya ada yang berkata “Keretane ko sari banget yo”. Dari kata-kata itulah maka tempat tersebut diberi nama Kertosari.
Sepeninggal putri-putri tersebut, tokoh-tokoh masyarakat yang ada sepakat untuk menamakan desa mereka dengan sebutan Desa Kertosari. Dalam perjalanan pemerintahannya, desa Kertosari merupakan gabungan dari beberapa dusun yang ada di daerah tersebut. Dusun-dusun itu diantaranya, dusun Muteran, Ngadipiro, Brayo Barat, Brayo Timur, Sepetek dan Dilem.