Menurut sejarah Tutur dan Ghaib, ada seorang yang arip dan bijaksana beliau bernama Kyai Cagak Luas : dengan keiklasan dan kesederhanaannya beliau mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk memperjuangkan agama islam. Tidak lama beliau mempunyai 5 murid yaitu :
Murid – murid tersebut gigih dan semangat untuk menimba ilmu dari Kyai Cagak Luas. Beliau beranggapan bahwa kelima muridnya sudah mampu dan cukup ilmunya, kemudian Kyai Cagak Luas menyuruh murid – muridnya untuk meneruskan / menyebarkan Agama Islam, yang sebelumnya mereka sudah dibelaki semua dengan pusaka.
Murid I, diberi pusaka, kemudian pusaka tersebut dilempar ke suatu tempat oleh Kyai Cagak Luas sambil berkata : maka hancurlah yang harus menyebarkan agama di tempat itu. Ternyata pusaka itu jatuh ke daerah Sigowo Gunungpati, disitulah Kyai Pragolopati berdakwah dan menyebarkan agama islam di daerah Sigowo Gunungpati.
Murid II, bernama Kyai Jumardi diberi pusaka “Tampah” kemudian dibuang oleh Kyai Cagak Luas sambil berkata seperti pada murid I, pusaka tersebut melayang ke arah timur, jatuh di daerah Banyu Meneng Demak, maka Kyai Jumardi berjuang menyebarkan Agama Islam disana dijuluki Kyai Bodo.
Murid III, bernama Kyai Lasidin diberi pusaka “Kepala Kambing” dan dibuang jatuh di daerah Tersono Kabupaten Batang.
Murid IV, bernama Kyai Raden Sayid Parugi diberi pusaka “Gembel Jati” dan dilempar kemudian dibuang dan Jatuh di daerah Blandang.
Murid V, bernama Kyai Trukoyoso diberi pusaka “Cangkir Gading” kemudian dibuang keatas dan hilang tidak dietahui jatuhnya. Lalu Kyai Cagak Luas berkata kepada Kyai Trukoyoso menyebarkan agama islam ditempat yang tidak menentu dan selalu berpindah – pindah. Suatu saat Kyai Trukoyoso menuju suatu tempat yang hanya dihuni seorang perempuan, itupun tinggal disuatu gubug, dan tempat itu dinamai Segubug. Beliau tinggal di Segubug bersama perempuan itu bersama –sama menyebarkan agama islam. Perempuan tersebut bernama Nyai Resi. Setelah lama berdakwah agama makin lama makin banyak pengikutnya / santrinya. Karena Kyai Trukoyoso belum beristri maka beliau mempersunting salah satu santrinya, namun sampai sekarang belum diketahui nama istrinya.
Suatu hari Kyai Trukoyoso berfikir, karena pengikutnya makin banyak beliau akan hijrah untuk meneruskan perjuangannya ditempat lain. Beliau juga mengajak Nyai Resi turut serta tapi Nyai Resi tidak mau dengan alasan tidak tega meninggalkan santri – santrinya yang setia. Tidak lama Nyai Resi membuka daerah baru yang masih semak belukar hanya tumbuhan Glogah kemudian daerah itu diberi nama Glogah.
Karena Nyai Resi tidak mau maka Kyai Trukoyoso bersama istrinya meneruskan perjalannya sampai suatu waktu berhenti disebuah sungai disitu ada hewan ketal / bulus. Dan ditempat tersebut dinamai Sungai Sebulus. Mereka tinggal didaerah tersebut. Belum lama mereka tiba – tiba hujan turun tidak henti – hentinya, karena derasnya hujan sungai tersebut banjir sehingga ada sebuah batu terkena hantaman banjir sampai terpental kearah utara. Jatuh tersumbat sungai yang agak sempit dan batu tersebut tidak bisa hanyut sehingga menyumbat aliran sungai, maka terjadilah luapan air sampai di daerah Kyai Trukoyoso tinggal, Kyai Trukoyoso sedang semedi dan tidak memperdulikan hal itu, lalu istrinya menjerit – jerit dengan berkata “keleban – keleban” lalu Kyai Trukoyoso bangun dari semedinya dan keluar rumah. Air tersebut belum sampai ke rumah beliau, lalu Kyai berjalan kearah timur sambil mengatakan Bakalan kelaban. Jadi daerah yang diinjak Kyai Trukoyoso dinamakan Bakalan, sedang yang diinjak Nyai dinamakan Leban.
Atas Ketaqwaan dan berkah doa beliau walaupun daerah tersebut dekat sungai sampai sekarangpun belum pernah terkena banjir / keleban. Beliau berdua sudah rentan dan tidak bisa meneruskan perjuangannya, Kyai diberikan cobaan sakit mata sampai buta / pece. Sedang mbah Nyai sakit Gondok. Maka yang membuka daerah Leban adalah Mbah Condok alias Pece sama Gondok.
Setelah keduanya wafat pimpinan desa Leban dipegang lurah yang sangat kaya raya di desa Leban sampai – sampai diberi bengkok tidak mau menerima sepenuhnya. Hanya sebagian yang diambilnya.
Pada tahun 1947 diadakan pemilihan kepala desa, yang terpilih Mbah Yusmari sampai dengan tahun 1976. Tahun 1976 Mbah Yusmari pernah diganti oleh Bp. Edi Sudarwo yang tanpa lewat system pemilihan namun ditugaskan oleh pemerintah sampai tahun 1980. Tahun 1980 diadakan pemilihan kepala desa dengan 3 calon yaitu Bp. Edi Sudarwo, Bp. Soewarno, dan Bp. Basuki, yang terpilih Bp. Soewarno. Beliau menjabat sampai 8 tahun. Tahun 1989 pemilihan kepala desa dengan 3 calon yang terpilih Bp. Foqih, beliau menjabat sebagai kepala desa selama 2 periode hingga tahun 2006.
Tahun 2007 diadakan pemilihan kepala desa dan terpilih Bp. Soewarno yang menjabat kepala desa. Kemudian pada tahun 2014 diadakan pemilihan kepala desa dan yang terpilih Bapak Muh Arif Syaefin Aziz, yang menjabat kepala desa leban hingga sekarang.