Kaliayu, Kec. Cepiring


SEJARAH DESA KALIAYU

Menurut cerita turun temurun orang-orang terdahulu, bahwa ada seorang pengembara yang bernama SORO dan kawan-kawan yang sekarang terkenal dengan nama MBAH SORO. Beliau mengembara untuk mencari tempat tinggal dengan cara menebang pohon-pohon, semak belukar dan rawa-rawa yang sekarang menjadi desa Kaliayu.

Dalam menebangi pepohonan dan semak belukar terdapat beberapa penemuan-penemuan yang terdapat di daerah tersebut seperti:

  1. Penemuan beberapa rumpun pohon bakau ( Bongko : istilah jawanya ) dan sekarang menjadi hamparan tanah sawah yang dinamakan Blok Bongko.
  2. Penemuan beberapa pohon LOM yang sekarang menjadi sehamparan tanah sawah yang dinamakan Blok LOM.
  3. Penemuan beberapa ekor kerang yang terdapat di rawa-rawa, yang sekarang menjadi sehamparan tanah sawah dan dinamakan Blok Ploso.
  4. Penemuan seekor kepiting raksasa yang terdapat di rawa-rawa dan sekarang menjadi sehamparan tanah sawah dan dinamakan Blok Rowo Piting, yang konon katanya pada orang-orang terdahulu kepiting tersebut sering muncul secara misterius dan Blok tersebut sampai sekarang masih ditakuti bagi orang-orang yang kurang beriman dan dianggap blok yang paling angker.

Setelah menebang pepohonan dan semak belukar selesai akhirnya menjadi sebuah perkampungan dan dihuni oleh beberapa keluarga pendatang untuk bertempat tinggal dan mengolah tanah pertanian yang tersedia dan pada akhirnya Mbah SORO tersebut meninggal dunia dan dimakamkan di makam umum desa tersebut yang pada saat itu belum tahu nama desa tersebut.

Pada zaman penjajahan Belanda juga ada pejuang dari selatan yang lari untuk bertapa di desa tersebut yang bernama SLAMET. Pejuang tersebut bertapa di bawah pohon Bolu, warga desa tersebut memanggilnya dengan nama Mbah SLAMET. Pada saat bertapa Mbah SLAMET telah berpesan kepada salah satu warga desa tersebut yang bernama SALIPAN untuk mengambil / menjemput Mbah SLAMET setelah selesai menjalankan tapa / semedi, tapi warga desa yang bernama SALIPAN yang telah diberi pesan oleh Mbah SLAMET lupa untuk mengambilnya, akhirnya Mbah SLAMET (seorang pertapa) hilang karena tidak diambil / dijemput dan istilah orang sekarang Menacan Murco, dan sampai saat ini tempat tersebut dianggap tempat yang keramat dan tempat tersebut akhirnya menjadi makam umum yang dinamakan Kuburan Krapyak.

Dari tahun ketahun telah berjalan dan sampai sekarang ada masyarakat yang masih ingat riwayat pejabat yang memerintah desa tersebut, sesuai cerita yang diingat pada tahun sebelum 1900 tersebut terbagi atas 2 (dua) dusun yang dinamakan :

  1. Dusun TAYU
  2. Dusun KALIRANDU DUKUH

Pada tahun 1912 dusun TAYU tersebut, konon kata orang-orang terdahulu telah didirikan sebuah Masjid beserta sarana air wudhu yang berupa sumur, yang terbuat dari batu bata dan bak tempat wudhu.

Pendiri Masjid tersebut adalah orang pendatang dari Demak yang bernama IBRAHIM dan warga desa memanggilnya Mbah IBRAHIM yang langsung menjadi Imam di Masjid tersebut dan setelah meninggal dunia Mbah IBRAHIM dimakamkan dibelakang Masjid tersebut dan sekarang menjadi makam umum.

Menurut cerita orang-orang terdahulu dan berjalan sampai sekarang, air dalam bak wudhu tersebut mempunyai karomah untuk lantaran penyembuhan beberapa penyakit, sehingga pada setiap malam Jum’at Kliwon atau bersamaan pada saat bedug ditabuh banyak orang-orang desa dan orang-orang dari luar daerah mandi tepat pada saat bedug pertama ditabuh dihari Jum’at kliwon.

Menurut konon kabar orang terdahulu agar yang sakit cepat sembuh syarat untuk mandi ditempat tersebut pakaian yang dipakai mandi harus ditinggal atau dibuang di sekitar Masjid untuk membuang sengkolo / penyakit dari badan bahkan ada yang dilemparkan di atas atap sumur. Namun, untuk sekarang ini demi kebersihan lingkungan Masjid, pakaian tersebut harus dibawa pulang.

Menurut konon kabar orang terdahulu juga biasanya pada saat sedang mandi ditengah malam Jum’at Kliwon, barang siapa yang baru mulai mandi, sedang mandi atau setelah selesai mandi dijumpai oleh Mbah IBRAHIM yang memakai jubah atau serban, orang yang sakit tersebut Insya Allah akan cepat sembuh, dan hal tersebut berjalan sampi sekarang.

Dalam pemerintahan sebelum tahun 1900 lurah pertama kali yang memimpin Desa Kaliayu adalah WONGSO SENEN, beliau orang dari Mataram yang pulang dari perjuangan ke Batavia dan pulang ke Desa Kaliayu.

Setelah WONGSO SENEN meninggal pimpinan lurah diganti anaknya yang bernama SONOLO dan Cariknya bernama SOWIJOYO,

Setelah SONOLO, kepemimpinan diganti oleh lurah KASLAN dan Cariknya bernama BA’I, sampai tahun 1918.

Pada tahun 1918 kepemimpinan diganti oleh lurah CARI HADIWIJOYO dan Cariknya bernama YADI sampai dengan tahun 1928.

Pada tahun 1928 kepemimpinan Lurah CARI HADIWIJOYO diganti oleh Lurah SUDARMO dengan Cariknya bernama SUKARDI sampai tahun 1937.

Pada tahun 1937 Kepemimpinan Lurah SUDARMO diganti oleh SUKARDI (bekas Carik) dan Cariknya dijabat oleh Bapak RUSLAN sampai tahun 1945.

Pada tahun 1945 semua Lurah didaulat dan diadakan pergantian Lurah baru dengan pemilihan langsung oleh warga desa dengan cara “Ulo-ulo tuwe” ( Pemilihan Lurah secara langsung dari masyarakat dengan cara berdiri di belakang si Calon ) yang dimenangkan oleh H. ABDUL ROSYID orang pendatang dari desa Cepiring yang kawin dengan warga desa Kaliayu, sedangkan Cariknya masih dijabat oleh Bapak RUSLAN. Lurah H. ABDUL ROSYID menjabat Lurah sampai tahun 1947.

Pada tahun 1947 Lurah diganti oleh Bapak SURYO (H. Abdul Jalil) sampai tahun 1950, karena pada tahun tersebut Lurah H. ABDUL ROSYID dan Lurah-lurah lainnya ditahan oleh BELANDA.

Pada tahun 1950 sekeluar dari Tahanan Belanda Bapak H. ABDUL ROSYID menjadi Lurah kembali sampai meninggal dunia pada tanggal 3 Juli 1980, sedangkan Cariknya masih dijabat oleh Bapak RUSLAN.

Pada tahun 1980 diadakan pencalonan Lurah yang jabatannya diganti dengan nama KEPALA DESA dan diikuti oleh 2 (dua) orang pencalon yang dimenangkan oleh H. ANWAR KHOMAEDI (Cucu dari Lurah H. ABDUL ROSYID). H. ANWAR KHOMAEDI menjabat Kepala Desa sejak tahun 1980 sampai dengan tahun 1999 ( dua kali jabatan karena pencalonan tahap kedua masih dimenangkan oleh H. ANWAR KHOMAEDI ).

Pada tanggal 3 Januari 1984 Carik RUSLAN meninggal dunia dan terjadi kekosongan Carik. Kekosongan Carik tersebut terisi pada tanggal 26 Desember 1985 dan yang menjadi Carik adalah RUSIADI yang nama jabatannya tersebut diganti dengan nama Sekretaris Desa.

Pada tahun 1999 Kepala Desa H. ANWAR KHOMAEDI telah berakhir masa jabatannya dan diganti oleh SUKIRMAN dan Sekretaris Desanya masih dijabat oleh RUSIADI. Dan sejak tahun 2001 jabatan Sekretaris Desa diganti lagi menjadi Carik dan masih dijabat oleh RUSIADI.

Pada tahun 2007 Kepala Desa SUKIRMAN telah habis masa jabatannya dan diganti oleh AHMAD JAZURI.

Pada masa jabatan Kepala Desa AHMAD JAZURI ada pergantian nama jabatan Carik menjadi Sekretaris Desa lagi yang dituangkan dalam Peraturan Desa Kaliayu Nomor 4 Tahun 2009 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Kaliayu. Dan Sekretaris Desa masih dijabat oleh RUSIADI dan Kepala Desanya masih dijabat oleh AHMAD JAZURI. Pada bulan November 2013 Kepala Desa diganti oleh HARYANTI (cucu menantu dari lurah Cari Hadiwijoyo). Pada pemerintahan Kepala Desa Haryanti, Sekretaris Desa, RUSIADI Purna tugas pada bulan Mei tahun 2015 dan terjadi kekosongan jabatan Sekretaris Desa sampai tahun 2017. Kemudian DWI GANJAR terpilih sebagai Sekretaris Desa melalui sistem penjaringan tes CAT (Computer Assisted Test) dan dilantik pada tanggal 8 Januari 2018. Kepala Desa Haryanti purna tugas tahun 2019. Kemudian AHMAD JAZURI terpilih kembali sebagai Kepala Desa Kaliayu dan dilantik pada tanggal 11 Mei 2020.

 

 

 Demikianlah ringkasan sejarah Desa Kaliayu yang dapat dituangkan dalam lembaran desa sejak tahun 1910.

Nama-nama Kepala Desa Kaliayu :

  1. Wongso Senen                                  (Sebelum tahun 1900)
  2. Sonolo                                             (Sebelum tahun 1900)
  3. Kaslan                                              (Sebelum tahun 1900 – 1918)
  4. Cari Hadiwijoyo                                 ( 1918 – 1928 )
  5. Sudarmo                                          ( 1928 – 1937 )
  6. Sukardi                                             ( 1937 – 1945 )
  7. H. Abdul Rosyid                                 ( 1945 – 1947 )
  8. Suryo                                               ( 1947 – 1950 )
  9. H. Abdul Rosyid                                 ( 1950 – 1980 )
  10. H. Anwar Khomaedi                           ( 1980 – 1999 )
  11. Sukirman                                          ( 1999 – 2007 )
  12. Ahmad Jazuri                                    ( 2007 – 2013 )
  13. Haryanti                                            ( 2013 – 2019 )
  14. Ahmad Jazuri                                    ( 2020 – 2026 )